Selasa, 25 November 2014

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI CERITA WAYANG SINTA OBONG

Setiap individu terlahir menjadi seorang pemenang dari berjuta-juta sel sperma dan sel ovum dari orang tuanya. Mereka terlahir seperti tabularasa (kertas putih), yang akan diisi dengan tulisan-tulisan dalam hidupnya. Tulisan itu tergantung dari masing-masing individu yang akan menjadi dalang dalam skenario hidupnya. Skenario itu mencakup segala hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan hidup. Setiap persoalan hidup itu tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Kehidupan yang terjadi dalam bangsa ini.

Ki Hajar Dewantara (Bapak pendidikan nasional Indonesia, 1889 -1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: “ Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter kekuatan batin ) pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.” Pendidikan tidak hanya didapatkan dalam bangku sekolah saja yang hanya berkecimpung dengan buku-buku. Buku-buku itu sangat penting untuk wawasan dan masa depan bangsa, namun budi pekertilah yang seharusnya lebih diutamakan dalam proses pendidikan. Ketika seorang individu telah memiliki budi pekerti (pendidikan karakter) yang baik maka pikiran untuk berkembang ke arah masa depannya akan selaras dengan kehidupannya. Apabila pendidikan karakter yang dimilikinya sangatlah minim, kemungkinan besar akan terjadi suatu persoalan yang tidak diingin dirinya, orang tua, masyarakat, bahkan bangsa Indonesia sendiri dalam menghadapi tantangan zaman.

Salah satu persoalan krusial bangsa Indonesia terutama dalam perkembengan era zaman globalisasi adalah krisis nilai-nilai karakter bangsa.Dengan ditandai semakin maraknya kejahatan dan tindakan-tindakan lain yang tak mencerinkan nilai-nilai karakter bangsa yang dilakukan orang-orang berpendidikan dan ada yang punya jabatan strategis di pemerintahan atau masyarakat. Kita tidak bisa menghitung dengan jari berapa mantan pejabat pemerintah yang dihukum karwna keterlibatannya dalam perkara kriminal, korupsi, dan penyalahgunaan jabatan.

Persoalan diatas juga terjadi di ranah pendidikan. Dengan maraknya pembocoran soal Ujian Nasional (UN) yang dilakukan kaum laki-laki atau perempuan hanya untuk mendapatkan sebuah nilai yang haram. Realita ini menunjukkan bahwa intitusi pendidikan belum berhasil dalam menyiapkan lulusan yang memiliki komitmen dan bermoral tinggi.

Untuk memecahkan persoalan atau krisis nilai-nilai karakter bangsa yang melanda Indonesia adalah mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kurikulum sekolah. Cara ini dipandang relevan digunakan karena setiap mata pelajaran akan termuati nilai-nilai karakter bangsa secara spesifik dan kontekstual. Dengan demikian, lembaga sekolah diasumsikan mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dibidangnya dan sekaligus peserta didik memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

Dari sisi keluarga, keluarga seharusnya menjadi agen pelopor kehidupan setiap anak. Keluarga merupakan komponen yang mampu membentuk jati diri setiap individu sebelum ia menginjak ke ranah sosial. Orang tua harus mampu menyikapi putra-putrinya untuk menjadi teladan yang berkarakter, karena orang tua adalah faktor utama untuk pemicu perilaku anaknya. Baik buruknya perilaku anak didominasi dari pemberian pendidikan orang tuanya. Melalui cerita wayang Sinta Obong ini, diharapkan pendidikan karakter bangsa semakin dapat digali kembali.
Cerita Wayang Sinta Obong menceritakan tentang Sinta diculik Rahwana dalam beberapa tahun untuk dijadikan istrnya, tetapi Sinta masih mempertahankan kesuciannya terhadap Rama. Alkisah sesudah lewat perjuangan berat, serta mengorbankan sedemikian banyak nyawa, akhirnya Ramapun mampu memenangkan pertempuran melawan Rahwana. Pertempuran antara mati dan hidup untuk memperoleh Shinta kembali. Pertempuran yang menguras waktu, tenaga, nyawa, dan pikiran.Detik-detik saat Rama harus menerima kedatangan Shinta kembali, tiba-tiba muncullah sebersit kecurigaan dalam diri Rama tentang kesucian Shinta. Masihkan Shinta yang dia cintai belum ternoda oleh Rahwana, mengingat telah belasan tahun Rahwana menyekapnya di dalam istana Alengka. Sakit hati Shinta menyaksikan keraguan Rama, kekasih hatinya atas kesuciannya. Tak disangka, pria yang siang malam selalu dirindukannya begitu tega menyangsikan dirinya.

Akhirnya dengan tekad untuk membuktikan kesetiaannya, Shinta pun memutuskan untuk melakukan upacara obong. Upacara membakar diri. Ingin dia tunjukkan pada Rama, suaminya sekaligus kekasih hatinya bahwa dirinya selama ini masih suci belum tersentuh sedikitpun. Walau Rahwana terus membujuk dan merayunya!

Akhirnya, atas perintah Shinta, para punggawa istana menumpuk kayu hingga menggunung di halaman istana. Punggawa istana membakar tumpukan kayu tersebut. Sesaat kemudian, keluarlah api yang panas serta dahsyat. Banyak orang tidak berani mendekat karena panasnya api yang bergelora.
Shinta dengan langkah yang anggun dan gemulai, membusungkan dadanya, mendekati kobaran api yang makin lama makin membara. Shinta berdiri tenang di ujung tangga di dekat api yang berkobar. Dipandangnya satu demi satu orang yang hadir disana. Ketika tatapannya beradu dengan Rama,dipandangnya dengan tajam mata Rama...Ada yang menjerit dalam dada Shinta, kenapa masih juga Rama tidak percaya pada kesuciannya. Shinta tersenyum, meski luka dan pedih hatinya terasa. Beberapa orang yang melihatnya, menyayangkan bila tubuh mulus itu hancur lebur dimakan api. Hampir semua orang yang hadir berharap Shinta mengurungkan niatnya. Merekapun mengharapkan agar Rama memberikan perintah agar Shinta tidak lagi melanjutkan tindakan nekat itu

Saat api sudah membesar serta ada pada titik yang paling panas, Shinta melihat berkeliling sekali lagi lalu dengan hati yang mantap dia melompat ke arah api yang membesar! Sesaat saja, tumpukan kayu serta lidah api yang ganas itu menelan badannya yang indah.Api berkobar membumbung tinggi keangkasa. Rama terkesiap. Matanya berkaca-kaca. Bagaimanapun Shinta adalah istrinya.Belahan jiwanya. Tak tega dia melihat wanita yang dicintainya terbakar lebur bersama api. Seluruh orangpun berteriak, menahan nafas serta beberapa menutup mukanya tak kuasa melihat adegan itu

Beberapa waktu kemudian, ketika nyala api sudah menyurut, tiba-tiba tampaklah sesosok bayangan wanita cantik  berdiri tegap di tengah bara api yang berserak.Dialah Shinta ! Shinta tak terbakar tertembus api ! Shinta tetap utuh dengan senyum tersungging yang sama seperti ketika dia mulai terjun kedalam api! Yah, Shinta ! Dia masih hidup dengan tubuhnya yang bercahaya. Semua orang memandangnya ternganga tak percaya. Seketika itu pula, Rama langsung berlari menghambur memeluk sang istri tercinta. rama menangis dan menyesali keraguannya yang bodoh. Sungguh, nyatanya Shinta tetap masih melindungi cinta dan kesetiaannya.Sebuah kesetiaan yang tiada tara.

Pembuktian sudah dikerjakan. Shinta terus suci, hati serta badannya. Mungkin sesudah Shinta Obong, tak lagi ada lagi pembuktian kesetiaan seperti yang diperlihatkan oleh Shinta. Kesetiaan memanglah suatu hal yang mahal harganya. Dan tidak semua orang bisa melakukannya.

Dari cerita Wayang Sinta Obong kami menyimpulkan bahwa, pendidikan karakter bangsa yang baik akan menghasilkan manusia-manusia yag jujur, bijaksana, berani membela kebenaran, dan memiliki moral baik serta anti korupsi. Keberaniaan yang dilakukan Dewi Sinta adalah dia berani menolak ajakan Rahwana untuk dijadikan istrinya. Dia masih setia terhadap Rama walaupun jarak yang jauh. Selain itu kejujuran dan keberanian dalam membela kebenaran bahwa Dewi Sinta tetap suci walaupun ditentang banyak orang dan suami tercintanya, dia berani membuktikannya melalui Peti Obong, dengan resiko yang sangat besar. Kebijaksanaan dan ketidak korupan Rama yang tetap menantang Dewi Shinta untuk membuktikan kebenaran , walaupun Dewi Shinta merupakan wanita yang dicintainya membuktikan bahwa hukum harus ditegakkan dan tidak pandang bulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar