Selasa, 25 November 2014

MENYOROTI KURIKULUM 2013 DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa, melainkan di dalam suatu masyarakat dan kebudayaan. Praktik pendidikan melibatkan berbagai komponen yang terdapat di dalam masyarakat dan turut berpengaruh teradap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sehingga di Indonesia dilaksanakan suatu konsep sistem pendidikan nasional, yaitu melalui kurikulum.
Kurikulum memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik. UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 38 Ayat 1 menyatakan adanya dua aspek nasional dan lokal itu sebagai berikut “pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam suatu satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas suatu pendidikan yang bersangkutan”.
Salah satu upaya yang di tempuh dengan menerapkan kurikulum 2013 yang disusun dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge-based society dan kompetensi masa depan. Walaupun pembelajaran kurikulum 2013 dipandang bagus untuk sistem pendidikan saat ini, tetapi banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran sangat berbeda dari kurikulum sebelumnya. Sehingga pendidik dan anak didik mau tidak mau, harus mengikuti alur yang berlaku.
Maka dari itu, penyusun akan membuat tulisan tentang “Menyoroti Kurikulum 2013 di Indonesia’’.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian kurikulum itu?
2.    Mengapa dilakukan perubahan kurikulum 2013?
3.    Bagaimana implementasi kurikulum 2013?
4.    Apa dampak dari implementasi kurikulum 2013?

C.    Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui dan memahami pengertian kurikulum.
2.    Mengetahui dan memahami alasan dilakukan perubahan kurikulum 2013.
3.    Mengetahui dan memahami implementasi kurikulum 2013.
4.    Mengetahui dan memahami dampak dari implementasi kurikulum 2013.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”.
Dalam sejarah kurikulum di Indonesia, tercatat berulang kali melakukan penggantian kurikulum seperti
1.    Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran),
2.    Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
3.    Tahun 1964-Rentjana Pendidikan,
4.    Tahun 1968-Kurikulum 1968,
5.    Tahun 1975-Kurikulum 1975,
6.    Tahun 1984-Kurikulum 1984,
7.    Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,
8.    Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi,
9.    Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
10.    Tahun 2013-Kurikulum 2013.

B.    Perubahan Kurikulum 2013
Perubahan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 pada dasarnya adalah perubahan pola pikir (mindset), dapat dikatakan merupakan perubahan budaya mengajar dari para guru dalam melaksanakan pendidikan di sekolah.
Secara normatif-konstitusional, pengembangan secara utuh kurikulum 2013 berlandaskan pada ketentuan perundangan-undang berikut :
1.    UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
2.    UU RI No.17 Tahun 2007 tentang perencanaan nasional tahun 2005-2025,
3.    UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
4.    Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2008 tentang guru,
5.    Peraturan pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005,
6.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah,
7.    Peraturan meneteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah,
8.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No.66 Tahun 2013 tentang standar nilai pendidikan,
9.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No.67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,
10.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 68 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menegah pertam/Madrasah Tsanawiyah,
11.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar struktur kurikulum sekolah menengah atas/Madrasah Aliyah,
12.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan,
13.    Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 71 Tahun 2013 tentang buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk pendidikan dasar dan menegah; Peraturan menteri pendidikan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum.
C.    Implementasi Kurikulum 2013
Guna menjamin terlaksananya implementasi kurikulum 2013 secara efektif dan efisien, para pendidik dan tenaga kependidikan perlu pemahaman yang sama dalam menerapkan Kurikulum 2013. Upaya untuk meningkatkan pemahaman yang sama tersebut dalam implementasi kurikulum 2013, setiap kepala serta instansi terkait di Indonesia umumnya dan di setiap propinsi khususnya, termasuk di dalam nya UPT pusat dalam hal ini Kementerian pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Propinsi dan dinas kota/kabupaten di setiap wilayah Indonesia perlu memberikan dukungan (supporting system) dengan :
1.    Pemberian fasilitasi dalam implementasi kurikulum 2013 pada satuan pendidikan,
2.    Pemberian bantuan kunsultasi, pemodelan (modeling), dan pelatihan personal dan spesifik (coaching) untuk hal spesifik dalam implementasi kurikulum 2013 secara tatap muka dan online,
3.    Pemberian solusi kontekstual dalam menyelesaikan pemasalahan yang dihadapi saat implementasi kurikulum 2013 disekolah masing-masing,
4.    Penciptaan budaya mutu sekolah melalui penerapan kurikulum secara inovatif, kontekstual, dan berkelanjutan.
Dengan upaya yang dilakukan tersebut diharapkan Pendidik dan tenaga kependidikan secara keseluruhan dapat memahami Kebijakan Pemerintah dan mampu memecahkan masalah implementasi Kurikulum 2013, serta menguasai prinsip, program, strategi dan mekanisme implementasi kurikulum 2013 serta mampu merefleksi dan memperbaiki pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Salah satu hal pokok dalam penerapan kurikulum 2013 adalah bagaimana guru mampu menerapkan model dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) serta menekankan pada pembelajaran siswa aktif dengan di terapkannya model pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis proyek (Project base learning) serta pembelajaran berbasis pemecahan masalah (Problem base learning). Kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa yang sebenarnya sudah dikenal sejak akhir 1980-an dulu dikenal dengan istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dan sampai kini, model serta pendekatan CBSA sebenarnya masih menjadi perhatian utama. Guru harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk benar-benar mengembangkan aspek empat dimensi kompetensi guru yaitu kompetensi profesional, pedagogic, kepribadian dan sosial. Dari kondisi tersebut saat ini yang diperlukan adalah optimalisasi peran guru, selain itu juga partisipasi dan keterlibatan semua komponen masyarakat.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kurikulum 2013 masih menjadi perbincangan setiap kalangan. Implemaentasi dari para pengajar masih minim. Banyak dampak positif dan negatif yang mewarnainya.
B.    Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun , demi kesempurnaannya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya, juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

News Kampus. Dampak Implementasi Kurikulum 2013. from okezone.com, 30 Oktober 2014.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA.
Tirtarahardja, Umar.  2005. Pengantar  Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyudin, Dinn. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI CERITA WAYANG SINTA OBONG

Setiap individu terlahir menjadi seorang pemenang dari berjuta-juta sel sperma dan sel ovum dari orang tuanya. Mereka terlahir seperti tabularasa (kertas putih), yang akan diisi dengan tulisan-tulisan dalam hidupnya. Tulisan itu tergantung dari masing-masing individu yang akan menjadi dalang dalam skenario hidupnya. Skenario itu mencakup segala hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan hidup. Setiap persoalan hidup itu tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Kehidupan yang terjadi dalam bangsa ini.

Ki Hajar Dewantara (Bapak pendidikan nasional Indonesia, 1889 -1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: “ Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter kekuatan batin ) pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.” Pendidikan tidak hanya didapatkan dalam bangku sekolah saja yang hanya berkecimpung dengan buku-buku. Buku-buku itu sangat penting untuk wawasan dan masa depan bangsa, namun budi pekertilah yang seharusnya lebih diutamakan dalam proses pendidikan. Ketika seorang individu telah memiliki budi pekerti (pendidikan karakter) yang baik maka pikiran untuk berkembang ke arah masa depannya akan selaras dengan kehidupannya. Apabila pendidikan karakter yang dimilikinya sangatlah minim, kemungkinan besar akan terjadi suatu persoalan yang tidak diingin dirinya, orang tua, masyarakat, bahkan bangsa Indonesia sendiri dalam menghadapi tantangan zaman.

Salah satu persoalan krusial bangsa Indonesia terutama dalam perkembengan era zaman globalisasi adalah krisis nilai-nilai karakter bangsa.Dengan ditandai semakin maraknya kejahatan dan tindakan-tindakan lain yang tak mencerinkan nilai-nilai karakter bangsa yang dilakukan orang-orang berpendidikan dan ada yang punya jabatan strategis di pemerintahan atau masyarakat. Kita tidak bisa menghitung dengan jari berapa mantan pejabat pemerintah yang dihukum karwna keterlibatannya dalam perkara kriminal, korupsi, dan penyalahgunaan jabatan.

Persoalan diatas juga terjadi di ranah pendidikan. Dengan maraknya pembocoran soal Ujian Nasional (UN) yang dilakukan kaum laki-laki atau perempuan hanya untuk mendapatkan sebuah nilai yang haram. Realita ini menunjukkan bahwa intitusi pendidikan belum berhasil dalam menyiapkan lulusan yang memiliki komitmen dan bermoral tinggi.

Untuk memecahkan persoalan atau krisis nilai-nilai karakter bangsa yang melanda Indonesia adalah mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kurikulum sekolah. Cara ini dipandang relevan digunakan karena setiap mata pelajaran akan termuati nilai-nilai karakter bangsa secara spesifik dan kontekstual. Dengan demikian, lembaga sekolah diasumsikan mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dibidangnya dan sekaligus peserta didik memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

Dari sisi keluarga, keluarga seharusnya menjadi agen pelopor kehidupan setiap anak. Keluarga merupakan komponen yang mampu membentuk jati diri setiap individu sebelum ia menginjak ke ranah sosial. Orang tua harus mampu menyikapi putra-putrinya untuk menjadi teladan yang berkarakter, karena orang tua adalah faktor utama untuk pemicu perilaku anaknya. Baik buruknya perilaku anak didominasi dari pemberian pendidikan orang tuanya. Melalui cerita wayang Sinta Obong ini, diharapkan pendidikan karakter bangsa semakin dapat digali kembali.
Cerita Wayang Sinta Obong menceritakan tentang Sinta diculik Rahwana dalam beberapa tahun untuk dijadikan istrnya, tetapi Sinta masih mempertahankan kesuciannya terhadap Rama. Alkisah sesudah lewat perjuangan berat, serta mengorbankan sedemikian banyak nyawa, akhirnya Ramapun mampu memenangkan pertempuran melawan Rahwana. Pertempuran antara mati dan hidup untuk memperoleh Shinta kembali. Pertempuran yang menguras waktu, tenaga, nyawa, dan pikiran.Detik-detik saat Rama harus menerima kedatangan Shinta kembali, tiba-tiba muncullah sebersit kecurigaan dalam diri Rama tentang kesucian Shinta. Masihkan Shinta yang dia cintai belum ternoda oleh Rahwana, mengingat telah belasan tahun Rahwana menyekapnya di dalam istana Alengka. Sakit hati Shinta menyaksikan keraguan Rama, kekasih hatinya atas kesuciannya. Tak disangka, pria yang siang malam selalu dirindukannya begitu tega menyangsikan dirinya.

Akhirnya dengan tekad untuk membuktikan kesetiaannya, Shinta pun memutuskan untuk melakukan upacara obong. Upacara membakar diri. Ingin dia tunjukkan pada Rama, suaminya sekaligus kekasih hatinya bahwa dirinya selama ini masih suci belum tersentuh sedikitpun. Walau Rahwana terus membujuk dan merayunya!

Akhirnya, atas perintah Shinta, para punggawa istana menumpuk kayu hingga menggunung di halaman istana. Punggawa istana membakar tumpukan kayu tersebut. Sesaat kemudian, keluarlah api yang panas serta dahsyat. Banyak orang tidak berani mendekat karena panasnya api yang bergelora.
Shinta dengan langkah yang anggun dan gemulai, membusungkan dadanya, mendekati kobaran api yang makin lama makin membara. Shinta berdiri tenang di ujung tangga di dekat api yang berkobar. Dipandangnya satu demi satu orang yang hadir disana. Ketika tatapannya beradu dengan Rama,dipandangnya dengan tajam mata Rama...Ada yang menjerit dalam dada Shinta, kenapa masih juga Rama tidak percaya pada kesuciannya. Shinta tersenyum, meski luka dan pedih hatinya terasa. Beberapa orang yang melihatnya, menyayangkan bila tubuh mulus itu hancur lebur dimakan api. Hampir semua orang yang hadir berharap Shinta mengurungkan niatnya. Merekapun mengharapkan agar Rama memberikan perintah agar Shinta tidak lagi melanjutkan tindakan nekat itu

Saat api sudah membesar serta ada pada titik yang paling panas, Shinta melihat berkeliling sekali lagi lalu dengan hati yang mantap dia melompat ke arah api yang membesar! Sesaat saja, tumpukan kayu serta lidah api yang ganas itu menelan badannya yang indah.Api berkobar membumbung tinggi keangkasa. Rama terkesiap. Matanya berkaca-kaca. Bagaimanapun Shinta adalah istrinya.Belahan jiwanya. Tak tega dia melihat wanita yang dicintainya terbakar lebur bersama api. Seluruh orangpun berteriak, menahan nafas serta beberapa menutup mukanya tak kuasa melihat adegan itu

Beberapa waktu kemudian, ketika nyala api sudah menyurut, tiba-tiba tampaklah sesosok bayangan wanita cantik  berdiri tegap di tengah bara api yang berserak.Dialah Shinta ! Shinta tak terbakar tertembus api ! Shinta tetap utuh dengan senyum tersungging yang sama seperti ketika dia mulai terjun kedalam api! Yah, Shinta ! Dia masih hidup dengan tubuhnya yang bercahaya. Semua orang memandangnya ternganga tak percaya. Seketika itu pula, Rama langsung berlari menghambur memeluk sang istri tercinta. rama menangis dan menyesali keraguannya yang bodoh. Sungguh, nyatanya Shinta tetap masih melindungi cinta dan kesetiaannya.Sebuah kesetiaan yang tiada tara.

Pembuktian sudah dikerjakan. Shinta terus suci, hati serta badannya. Mungkin sesudah Shinta Obong, tak lagi ada lagi pembuktian kesetiaan seperti yang diperlihatkan oleh Shinta. Kesetiaan memanglah suatu hal yang mahal harganya. Dan tidak semua orang bisa melakukannya.

Dari cerita Wayang Sinta Obong kami menyimpulkan bahwa, pendidikan karakter bangsa yang baik akan menghasilkan manusia-manusia yag jujur, bijaksana, berani membela kebenaran, dan memiliki moral baik serta anti korupsi. Keberaniaan yang dilakukan Dewi Sinta adalah dia berani menolak ajakan Rahwana untuk dijadikan istrinya. Dia masih setia terhadap Rama walaupun jarak yang jauh. Selain itu kejujuran dan keberanian dalam membela kebenaran bahwa Dewi Sinta tetap suci walaupun ditentang banyak orang dan suami tercintanya, dia berani membuktikannya melalui Peti Obong, dengan resiko yang sangat besar. Kebijaksanaan dan ketidak korupan Rama yang tetap menantang Dewi Shinta untuk membuktikan kebenaran , walaupun Dewi Shinta merupakan wanita yang dicintainya membuktikan bahwa hukum harus ditegakkan dan tidak pandang bulu.

Minggu, 23 November 2014

PIP*PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSURNYA

PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSURNYA
OLEH
1. Ikhlas Nur Arifin G S        2014015244
2. Mukaramah                      2014015246
3. Isnaini Nisa Rachim          2014015252
4. Nanda Mariyana Shofwati  2014015258
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pendidikan dan Unsur-Unsurnya” dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan rasa terimakasih kepada Ibu dosen Heri Maria Zuliati, M.Pd yang berkenan memberikan saran terhadap makalah ini. Berbagai sumber-sumber buku dan media masa yang sangat membantu penyusunannya.
Pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak”. Begitulah keadaan yang menggambarkan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Terimakasih.
Yogyakarta, 23 September 2014
Hormat kami,
Penulis
Kelompok 2

PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSURNYA
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan modal dasar dalam mencapai kehidupan yang sejahtera. Pendidikan adalah proses belajar menuju kehidupan yang lebih baik dari hal-hal yang terkecil hingga terbesar dengan cara mentransfer keilmuan untuk mencerdaskan siswa dalam memperbaiki akhlak siswa. Pendidikan bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang  dalam hidupnya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikan akan menjadi sulit untuk dapat diwujudkan.
Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, idealnya pendidikan tidak dilaksanakan secara sembarang, melainkan dengan bijaksana. Sehingga seorang calon pendidik dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan dapat diperoleh melalui pemahaman terhadap “pengertiannya, unsur-unsurnya, dan wujud pendidikan sebagi sistem”. Implikasinya, dalam pendidikan pasti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktik pendidikan.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukan menjadi pohon ketela.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian pendidikan itu?
2.    Bagaimana unsur-unsur pendidikan?
3.    Bagaimanakah pandangan pendidikan sebagai sistem?
C.    Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui dan memahami pengertian pendidikan.
2.    Mengetahui dan memahami unsur-unsur pendidikan.
3.    Mengetahui dan memahami pendidikan sebagai sistem.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, penelitian, serta perilaku sehari-hari.. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan digunakan untuk mengembangkan diri, mental, pola pikir serta kualitas diri seseorang.
Untuk lebih jelasnya tentang pengertian pendidikan, dapat disimak lebih lanjut di bawah ini.
1.    Pengertian pendidikan secara luas
    Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempelajari pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan social dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat, sejak manusia lahir.
2.    Pengertian pendidikan secara sempit
    Pendidikan adalah pengajar yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
3.    Pendidikan menurut para ahli
a.    Plato (Filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 M-346 M) mengatakan bahwa : pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.
b.    Aristoteles (Filosof terbesar Yunani yang lahir pada tahun 384 SM- 322 SM) mengatakan bahwa pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.
c.    Jhun Dewey (Filosof Chicago, 1859 M – 1952 M) mengatakan bahwa pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan-peninggalan budaya lama masyarakat manusia.
d.    Ki Hajar Dewantara (Bapak pendidikan nasional Indonesia, 1889 -1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : “ Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter kekuatan batin ) pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa “pendidikan merupakan proses pembentukan pribadi pada diri manusia yang mengalami transformasi budaya dari generasi ke generasi sehingga muncul nilai-nilai budi pekerti yang dapat menyiapkan warga negaranya untuk menjadi seorang tenaga kerja yang handal”.

B.    Unsur-Unsur pendidikan
Proses pendidikan melibatkan beberapa unsur-unsur untuk mendukung proses pendidikan berlangsung, misalnya
1.    Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
a.    Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b.    Individu yang sedang berkembang.
c.    Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d.    Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2.    Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang yang  bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebab itu, orang yang bertanggungjawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3.    Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbalbalik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan penddikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
4.    Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Tujuan Pendidikan adalah mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterapilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribdian yang mantap dan mandri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka timbul diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk memajukan pemerintah ini, maka usaha pendidikan mulai dari tingkat SD sampai dengan pendidikan tingkat universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi didunia pendidikan hanya menekan pada inteleks saja, dengan bukti bahwa ada Ujian Nasional sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.
5.    Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditumbuhkembangkan.
6.    Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang kuratif.
a.    Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
b.    Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.
7.    Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat yaitu pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

C.    Pendidikan sebagai Sistem
Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi-potensi manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan itulah yang disebut pendididkan.  Pendidikan mengandung banyak aspek atau elemen-elemen yang sifatnya sangat kompleks. Kompleksifitas elemen-elemen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam ruang lingkup pendidikan itu akan membentuk suatu sistem yang disebut sistem pendidikan.
1.    Pengertian Sistem
Sistem berasal darai bahasa Yunani, yakni systema yang berarti sehimpunan bagian  atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan keseluruhan. Istilah sistem  merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak. Sistem dapat diartikan sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan.
Pengertian sistem menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a.    Menurut Roger A. Kaufman (1972: 1) sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang bekerja secara independen dan bekerja bersama untuk  mencapai hasil-hasil  yang dikehendaki berdasarkan atas  kebutuhan-kebutuhan.
b.    Zahara Idris (1987) mengemukan bahwa sistem adalah  kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak acak, dan saling membantu untuk mencapai suatu hasil (produk masing-masing mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis.
c.    Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M.Amrin,1992:10)
d.    Sedangkan menurut Notonegoro (1973), yang dimaksud  sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan.
Di dalam Webster’s Third New International Dictionary (1976: 2322), yang dimaksud dengan sistem antara lain adalah:
a.    Suatu kesatuan kompleks yang dibentuk dari berbagai bagian yang tunduk pada rencana umum atau mengabdi suatu tujuan umum,
b.    Sekumpulan objek yang bekerja sama dalam interaksi yang teratur atau interdependensi.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa “sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan  dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan interdependensi dalam mencapai tujuan”.
Oleh karena itu, suatu sistem di dalamnya mengandung hal-hal sebagai berikut:
a.    Adanya satu kesatuan organis;
b.    Adanya komponen-komponen yang membentuk kesatuan organis;
c.    Adanya hubungan keterkaitan antara komponen satu dengan komponen lain maupun antara komponen dengan keseluruhan;
d.    Adanya gerak dan dinamika; dan
e.    Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2.    Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
    Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
3.    Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
a.    Cara memandang sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sistem ataupun sebaliknya suatu sistem menjadi komponen dari sistem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sistem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b.    Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternative masalah, dan latar belakang masalah.
c.    Analisis sistem pendidikan
Pengggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efisien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berfikir secara sistematik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
d.    Saling hubungan antar komponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secra optimal, manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen lain.
4.    Hubungan sistem dengan suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaan dan pengembangan.
5.    Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
a.    Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah: pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisi.
b.    Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c.    Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
6.    Pendidikan   prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (insevice education) sebagai sebuah sistem
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.
7.    Pendidikan formal,non-formal,dan informal sebagai sebuah sistem
 Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA,PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahawa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangan bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan. 



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari pembahasan yang telah kami uraikan, dapat disimpulkan bahwa
1.    Pendidikan merupakan proses pembentukan pribadi pada diri manusia yang mengalami transformasi budaya dari generasi ke generasi sehingga muncul nilai-nilai budi pekerti yang dapat menyiapkan warga negaranya untuk menjadi seorang tenaga kerja yang handal.
2.    Unsur-unsur pendidikan
a.    Peserta didik
b.    Orang yang membimbing (pendidik)
c.    Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
d.    Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
e.    Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
f.    Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
g.    Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
3.    Pendidikan sebagai sistem
a.    Sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan  dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan interdependensi dalam mencapai tujuan.
b.    Sistem pendidikan adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan mempunyai hubungan fungsional yang teratur untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

B.    Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami, demi kesempurnaannya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya, juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ihsan. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Rineka Cipta.
Pengantar Ilmu Pendidikan. Catatan Kuliah Mahasiswa UMY. from  blog.umy.ac.id, 20 September 2014.
Pengantar Ilmu Pendidikan. Pendidikan. from staff.uny.ac.id, 20 September 2014.
Siswoyo, Dwi . 2007. Ilmu Pendidikan . Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Tirtarahardja, Umar.  2005. Pengantar  Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyudin, Dinn. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yusuf, A Muri. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Zulfiati, Heri Maria. 2014 . Pengantar Ilmu Pendidikan . Yogyakarta : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.